Senin, 30 Juli 2012

Wanita Menjadi PEMIMPIN,Apa boleh?

0 komentar

Hadis Nabi menyatakan:
“Tidak akan sukses suatu kaum (masyarakat) yang menyerahkan (untuk memimpin) urusan mereka kepada wanita”
(Hadis riwayat al-Bukhari,al-Turmudzi, dan al-Nasa’i, dari Abu Bakrah)

Yuk kita kaji hadis tersebut,,,!!!
Jumhur ulama memahami hadis tersebut secara tekstual. Mereka berpendapat bahwa berdasarkan petunjuk hadis tersebut, pengangkatan wanita menjadi kepala Negara, hakim pengadilan, dan berbagai jabatan yang setara dengannya dilarang. Mereka menyatakan bahwa wanita menurut petunjuk syara’ hanya diberi tanggung jawab untuk menjaga harta suaminya.
Untuk memahami hadits tersebut, perlu dikaji terlebih dahulu keadaan yang sedang berkembang pada saat hadits itu disabdakan oleh Nabi. Hadits itu disabdakan tatkala Nabi mendengar penjelasan dari sahabat beliau tentang pengangkata wanita menjadi ratu di Persia. Peristiwa suksesi terjadi pada tahun 9 H.
Menurut tradisi yang berlangsung di Persia sebelum itu, yang diangkat sebagai kepala Negara adalah seorang laki-laki. Yang terjadi pada tahun 9 H itu menyalahi tradisi tersebut. Yang diangkat sebagai kepala Negara bukan seorang laki-laki, melainkan seorang wanita, yakni Buwaran binti Syairawaih bin Kisra bin Barwaiz. Dia diangkat sebagai ratu (kisra) di Persia setelah terjadi pembunuhan-pembunuhan dalam rangka suksesi kepala Negara. Ketika ayah Buwaran meninggal dunia, anak laki-lakinya, yakni saudara laki-laki Buwaran, telah mati terbunuh tatkala melakukan perebutan kekuasaan. Karenanya, Buwaran lalu dinobatkan sebagai ratu (kisra).
Kakek Buwaran adalah Kisra bin Barwaiz bin Anusyirwan. Dia pernah dikirimi surat ajakan memeluk Islam oleh Nabi Muhammad. Kisra menolak ajakan itu dan bahkan merobek-robek surat Nabi. Ketika Nabi menerima laporan bahwa surat beliau telah dirobek-robek oleh Kisra, maka Nabi lalu bersabda bahwa siapa saja yang telah merobek-robek surat beliau, dirobek-robek (diri dan kerajaan) orang itu. Tidak berselang lama, Kerajaan Persia lalu dilanda kekacauan dan berbagai pembunuhan yang dilakukan oleh keluarga dekat kepala Negara.
Pada waktu itu, derajat kaum wanita dalam masyarakat berada di bawah derajat kaum laki-laki. Wanita sama sekali tidak dipercaya untuk ikut serta mengurus kepentingan masyarakat umum, terlebih-lebih dalam masalah kenegaraan. Hanya laki-lakilah yang dianggap mampu mengurus kepentingan masyarakat dan Negara. Keadaan seperti itu tidak hanya terjadi di Persia saja, tetapi juga di Jazirah Arab dan lain-lain. Islam dating mengubah nasib kaum wanita. Mereka diberi berbagai hak, kehormatan, dan kewajiban oleh Islam sesuai dengan harkat dan martabat mereka sebagai makhluk yang bertanggung jawab di hadirat Allah, baik terhadap diri, keluarga, dan masyarakat, Maupun negera.
Dalam kondisi Kerajaan Persia dan masyarakat seperti itu, maka Nabi yang memiliki kearifan tinggi menyatakan bahwa bangsa yang menyerahkan masalah-masalah (kenegaraan dan kemasyarakatan) mereka kepada wanita tidak akan sukses (menang atau beruntung). Sebab bagaimana mungkin akan sukses, kalau orang yang memimpin itu adalah makhluk yang sama sekali tidak dihargai oleh masyarakat yang dipimpinnya. Salah satu syarat yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin adalah kewibawaan untuk menjadi pemimpin masyarakat.
Dalam sejarah, penghargaan masyarakat kepada kaum wanita makin meningkat dan akhirnya dalam banyak hal, kaum wanita diberi kedudukan yang sama dengan kaum laki-laki, Al-Qur’an sendiri member peluang sama kepada kaum wanita dan kaum laki-laki untuk melakukan berbagai amal kebajikan.
Dalam keadaan wanita telah memiliki kewajiban dan kemampuan untuk memimpin, serta masyarakat bersedia menerimanya sebagai pemimpin, maka tidak ada salahnya wanita dipilih dan diangkat sebagai pemimpin. Dengan demikian, hadis di atas harus dipahami secara kontekstual sebab kandungan petunjukkanya bersifat temporal.
Read more ►

The Positive Impact of Islam on Europe

0 komentar

























                                                          
Ottoman Empire started conquering Europe in 14th century and by 15th century had most of Eastern Europe under its kingdom. Although traces of Islam have been found a long before Ottoman Empire but Islam flourished appropriately when Ottoman Empire ruled Europe. Historians are of the point of view that Islam laid the foundation of modern Europe and it is it fact the reality. History has noticed Europe dominating the world in the past centuries through its knowledge and power but if we study early invention of mathematics, physics and astronomy, not surprisingly; all the credit goes to Muslim world of seience. Muslim mathematicians worked in every field of mathematics such as Al-Jabir founded algebra. Galileo and Newton, the great scientists of their time, would never have been able to formulate the modern theories of mathematics and physics without the basic and important tools invented by Muslim scientists.

Plato and Aristotle laid the institution of classical writing and texts in ancient Europe but these sculptures were lost in the history and were almost doomed during the Dark Age. It was again Muslims who acted as the caretakers of those important writings and preserved them. Even some of that work was present only in Arabic. Ibne-Rushd, a Muslim, known as Averroes in Europe, had a major name in this regard.

European explorers are famous for their voyages and explorations but it was only made possible by the accurate maps produced by the Muslim mapmakers. These maps paved the way for European explorers to discover new worlds in minimum time span.

This is only the tiny amount of donation made by Islam to Europe directly or indirectly. According to global news, there are about 53 million Muslims in Europe. Islam has become the fastest growing religion in Europe and all over the world, there has been establishment of new mosques all over Europe and even non-Muslims are visiting these mosques. The rate of conversion to Islam shot in the recent years especially after 9/11 attacks when Muslims were accused of it. It was the time when non-Muslims especially Christians were more interested to find out about Islam, Qura'an and the teachings of Holy Prophet (PBUH). Although Islam was manipulated to be the religion of extremism and terrorism but when these individuals studied Islam, their views changed and they found Islam to be the complete code of life and the best religion of the world. So they adopted it after their vast researches. The Muslim immigrants from the Muslim world to Europe living there for decades are clear symbols of peace loving Muslim culture.

Today media, in Europe especially, talks alot about the the disrespect given to women in Islam, but in fact, this is not true. Islam is the only religion that has raised the prestige of women from one of the poorly humiliated creature, in Western culture, to that of a respectful being possessing equal rights to man. Under the wrong ideological concept of child marriage by the non-Muslims, the Muslims have been criticized by the western media but in fact there is no concept of child marriage in Islam and such incidents are purely restricted to few old customed tribes.

As many historians have revealed Islam to be the past of modern Europe we believe that it would be the future of the European world as well.
Read more ►

Minggu, 29 Juli 2012

Mengapa Sulit Khusyu'

0 komentar

Nabi SAW. menyebut shalat sebagai rahah (rehat). Karena di dalamnya ada kelezatan, hilangnya kepenatan dan kelelahan, hadirnya rasa lega dan sirnanya kegelisahan duniawi. Maka bukan hal yang aneh, jika Nabi berwasiat kepada Bilal, 

"Berdirilah wahai Bilal, (Isilah) rehatmu dengan shalat!” (HR Abu Dawud)
Meskipun faktanya ada merasa berat dan justru bertambah lelah ketika shalat, itu bukan karena Nabi yang salah resep. Tapi lebih karena suasana hati dan bagaimana kondisi orang yang menjalankan shalat.
Jujur sajaa, berapa kali shalat yang kita lakukan secara konsen sejak takbir pertama hingga salam? Mungkin  sangat jarang, atau bias jadi belum pernah. Padahal, bagian shalat yang mendapatkan nilai hanyalah saat dimana seseorang menjalankannya dengan konsen.

“Sesungguhnya, seseorang yeng menyelesaikan shalat, tidak tercatat (sebagai shalat) melainkan hanya sepersepuluhnya, sepersembilannya, seperdelapannya,  sepertujuhnya, seperlimanya, seperempatnya, sepertiganya atau separuhnya.  (HR Abu Dawud)

Lemahnya penjagaan dibarengi dengan bisikan setan khinzib yang intens mengingatkan urusan di luar shalat, menyebabkan shalat tidak berkualitas. Jasad sedang shalat, tapi pikiran sedang padat dengan banyak permasalahan. Lisan membaca ayat dan doa, tapi hati sedang sibuk dengan urusan dunia. Kenikmatan yang kita rasakan pun nyaris tiada. Yang lebih dominan bahkan rasa penat dan keinginan untuk menyudahi shalat secara kilat.

Keterikatan kepada dunia yang terlalu kuat juga menjadi sebab cantolan kepada shalat yang merupakan urusan akhirat menjadi lemah. Sehingga tatkala seseorang telah memulai shalat secara ritual, hatinya masih sibuk dengan urusan dunia. Kelezatan shalat yang belum bias dirasakan menjadikan shalat sebagai pengisi waktu, di sisa-sisa waktu dan tenaga. Wajar jika shalat terasa berat untuk dikerjakan.
Shalat hanya dirasakan nikmat dan tidak berat oleh orang yang khusyu’ dalam menjalankannya. Allah berfirman,
“Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’.” (QS al-Baqarah-45)
Nabi adalah orang yang paling bisa menikmati shalat. Beliau adalah orang yang supel dan menyenangkan ketika bercengkerama dengan keluarga, tapi begitu masuk waktu shalat, seakan-akan beliau tidak mengenal mereka. Karena perhatiannya tertuju kepada shalat, khusyu’ tatkala menjalankannya. Sudah saatnya kita upayakan hadirnya khusyu’ di dalam shalat, lalu kita rasakan indahnya berdekatan dengan sang Khaliq. (Abu Umar A)
Read more ►

Senin, 23 Juli 2012

Indahnya Bulan Ramadhan

0 komentar


Ramadhan Bulan Ampunan

Salah satu keistimewaan bulan Ramadhan adalah Allah SWT membuka peluang lebar-lebar bagi kita untuk membersihkan dosa dan kesalahan yang selama ini dilakukan asal kita melaksanakan puasa Ramadhan dengan landasan iman dan ikhlas serta tidak melakukan dosa-dosa besar. Tentang hal ini, Nabi menyatakan:
Siapa saja yang berpuasa pada bulan Ramadhan dengan landasan iman dan ikhlas akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. (HR Ahmad).
Shalat lima waktu, Jumat ke Jumat, dan Ramadhan ke Ramadhan menghapus dosa di antaranya selama dosa-dosa besar dijauhi. (HR Muslim).
Saking bersihnya kita dari dosa, sekeluar kita dari Ramadhan, kuta digambarkan bagaikan baru dilahirkan kembali oleh ibu kita.
Siapa saja yang berpuasa dan shalat malam (tarawih) karena iman dan ikhlas akan keluar dari dosanya seperti hari dia dilahirkan oleh ibunya. (HR Ibn Majah dan al-Baihaqi).
Begitu mudahkah Allah SWT mengampuni dosa-dosa kita? Jawabnya, ya. Yakinlah, Allah SWT pasti akan menerima tobat kita.
Sesungguhnya Allah pasti menerima tobat hamba-Nya selama belum mengalami sakratulmaut. (HR at-Tirmidzi).
Bahkan dalam hadis yang lain dijelaskan bahwa Allah SWT sesungguhnya sangat bergembira menyaksikan hambanya yang-meski berlumuran dosa-datang untuk bertobat lebih bergembira dibandingkan dengan orang yang dalam perjalanan di padang pasir menemukan kembali ontanya yang penuh perbekalan, yang sebelumnya hilang.
Muslim yang baik bukanlah orang yang tidak pernah melakukan kesalahan, karena itu tidak mungkin. Sudah menjadi tabiat manusia melakukan kesalahan dan kekhilafan. Di samping dorongan hawa nafsu dan tarikan lingkungan juga karena memang setan telah berjanji akan terus menggoda manusia. Akan tetapi, kata Nabi, sebaik-baik orang yang melakukan kesalahan adalah yang bersegera bertobat.
Setiap manusia berbuat kesalahan dan sebaik-baik orang yang melakukan kesalahan adalah mereka yang mau bertobat. (HR Ad-Darimi).
Jadi, sudahkan Anda bertobat? Alhamdulillah bila sudah. Salah satu syarat tobat kita diterima Allah adalah, seperti dalam ayat di atas, kita berjanji untuk tidak mengulangi kesalahan itu. Di sinilah peran penting puasa yang disebut Nabi bagaikan benteng untuk kita tidak melakukan kesalahan.
Puasa bagaikan benteng (yang mencegah perbuatan keji dan mungkar). (HR al-Bukhari).
Read more ►
 

Copyright © ISLAM CENTER Design by O Pregador | Blogger Theme by Blogger Template de luxo | Powered by Blogger