Minggu, 29 Juli 2012

Mengapa Sulit Khusyu'


Nabi SAW. menyebut shalat sebagai rahah (rehat). Karena di dalamnya ada kelezatan, hilangnya kepenatan dan kelelahan, hadirnya rasa lega dan sirnanya kegelisahan duniawi. Maka bukan hal yang aneh, jika Nabi berwasiat kepada Bilal, 

"Berdirilah wahai Bilal, (Isilah) rehatmu dengan shalat!” (HR Abu Dawud)
Meskipun faktanya ada merasa berat dan justru bertambah lelah ketika shalat, itu bukan karena Nabi yang salah resep. Tapi lebih karena suasana hati dan bagaimana kondisi orang yang menjalankan shalat.
Jujur sajaa, berapa kali shalat yang kita lakukan secara konsen sejak takbir pertama hingga salam? Mungkin  sangat jarang, atau bias jadi belum pernah. Padahal, bagian shalat yang mendapatkan nilai hanyalah saat dimana seseorang menjalankannya dengan konsen.

“Sesungguhnya, seseorang yeng menyelesaikan shalat, tidak tercatat (sebagai shalat) melainkan hanya sepersepuluhnya, sepersembilannya, seperdelapannya,  sepertujuhnya, seperlimanya, seperempatnya, sepertiganya atau separuhnya.  (HR Abu Dawud)

Lemahnya penjagaan dibarengi dengan bisikan setan khinzib yang intens mengingatkan urusan di luar shalat, menyebabkan shalat tidak berkualitas. Jasad sedang shalat, tapi pikiran sedang padat dengan banyak permasalahan. Lisan membaca ayat dan doa, tapi hati sedang sibuk dengan urusan dunia. Kenikmatan yang kita rasakan pun nyaris tiada. Yang lebih dominan bahkan rasa penat dan keinginan untuk menyudahi shalat secara kilat.

Keterikatan kepada dunia yang terlalu kuat juga menjadi sebab cantolan kepada shalat yang merupakan urusan akhirat menjadi lemah. Sehingga tatkala seseorang telah memulai shalat secara ritual, hatinya masih sibuk dengan urusan dunia. Kelezatan shalat yang belum bias dirasakan menjadikan shalat sebagai pengisi waktu, di sisa-sisa waktu dan tenaga. Wajar jika shalat terasa berat untuk dikerjakan.
Shalat hanya dirasakan nikmat dan tidak berat oleh orang yang khusyu’ dalam menjalankannya. Allah berfirman,
“Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’.” (QS al-Baqarah-45)
Nabi adalah orang yang paling bisa menikmati shalat. Beliau adalah orang yang supel dan menyenangkan ketika bercengkerama dengan keluarga, tapi begitu masuk waktu shalat, seakan-akan beliau tidak mengenal mereka. Karena perhatiannya tertuju kepada shalat, khusyu’ tatkala menjalankannya. Sudah saatnya kita upayakan hadirnya khusyu’ di dalam shalat, lalu kita rasakan indahnya berdekatan dengan sang Khaliq. (Abu Umar A)

Ditulis Oleh : Unknown ~ Deskripsi Blog Anda

Artikel Mengapa Sulit Khusyu' ini diposting oleh Unknown pada hari Minggu, 29 Juli 2012. Terimakasih atas kunjungan Anda serta kesediaan Anda membaca artikel ini. Kritik dan saran dapat anda sampaikan melalui kotak komentar.

:: Get this widget ! ::

0 komentar:

 

Copyright © ISLAM CENTER Design by O Pregador | Blogger Theme by Blogger Template de luxo | Powered by Blogger